#BelajarBarengShafa lagi yuk! Di tulisan sebelumnya kita udah belajar gimana ilmu Manajemen Keuangan dan Akuntansi diterapkan di kehidupan sehari-hari. Tapi kalau cara mengelola dana gimana nih? Anggap saja kita punya uang dingin atau uang nganggur Rp100.000, kira-kira lebih baik disimpan di bawah bantal? Ditambah di tabungan bank? Atau beli produk investasi?
Let's see!
Dari ilustrasi bakso ini, kita bisa melihat kalau harga produk setiap tahunnya naik. Tapi bagaimana dengan uang yang kita miliki? Apakah nilainya bertambah? Atau semakin kurang berarti seperti kamu di hatinya? *hehe chill. Sekitar tahun 1980, dengan uang Rp250 kita membeli seporsi bakso. Sedangkan di sekitar tahun 2020 ini kita harus mengeluarkan uang setidaknya sebesar Rp10.000 untuk seporsi bakso. Nah, kondisi ini diartikan sebagai inflasi, dimana harga produk naik tetapi nilai uang kita semakin menurun.
Lalu bagaimana caranya supaya uang yang kita miliki dapat bertambah nilainya? Bayangkan uang nganggur Rp100.000 yang miliki disimpan di bawah bantal selama puluhan tahun. Apakah nilainya akan bertambah? Tidak kan. Justru mungkin uang Rp100.000 tesebut di tahun 2060 nanti hanya bisa digunakan untuk membeli 2 porsi bakso. Nah, kejadian ini bisa dikatakan uang nganggur yang disimpan di bawah bantal atau #dirumahaja akan kalah dengan pertumbuhan inflasi.
Biar nggak kalah gimana dong? Nah, ayo kita lihat perbandingan pertumbuhan inflasi, pendapatan tabungan, dan pendapatan dari produk investasi!
![]() |
Rata-Rata dari Tahun 2007 -2017 |
Pada gambar di atas terlihat bahwa pertumbuhan rata-rata inflasi dari tahun 2007 hingga 2017 sebesar 5,21%. Kemudian tabungan bank memiliki pertumbuhan rata-rata 2,53%. Ini artinya uang yang disimpan di tabungan bank akan tumbuh sebesar 2,53%. Namun ternyata pertumbuhan uang yang disimpan di bank lebih kecil dari pada pertumbuhan inflasi. Sebentar, tau dari mana? dari perbandingan 2,53% milik tabungan dengan 5,21% milik inflasi. Sehingga bisa dikatakan pertumbuhan di tabungan bank akan kalah dengan pertumbuhan inflasi.
Akan tetapi untuk produk bank lainnya seperti deposito memiliki pertumbuhan rata-rata sebesar 7,36% atau lebih tinggi dari inflasi, sehingga dapat dikatakan pertumbuhan uang di deposito akan menang daripada pertumbuhan inflasi. Deposito sendiri merupakan tabungan di bank yang hanya dapat diambil ketika sudah memenuhi jangka waktu tertentu, seperti 1, 3, 6, atau 12 bulan kemudian.
Bagaimana dengan produk investasi? Beberapa produk investasi yang terdapat pada gambar di atas yaitu emas, obligasi, dan saham. Ketiganya memiliki persentase di atas 5,21% atau lebih tinggi daripada pertumbuhan inflasi. Nah, maka dari itu pertumbuhan uang di produk-produk investasi akan menang daripada pertumbuhan inflasi.
Lalu uang nganggur yang sebesar Rp100.000 itu lebih baik disimpan dimana? Ya itu tergantung dari kondisi, rencana, dan kesiapan dari masing-masing kita. Disimpan di tabungan bank? boleh dong kalau kita masih merasa kurang bisa memenuhi dana darurat (dana yang dipakai untuk kejadian tidak terduga seperti sakit, kecelakaan, dan lainnya). Kalau disimpan di produk investasi? boleh juga asalkan dana kebutuhan dan dana darurat sudah tercukupi. Eits, tapi ingat ya harus siap juga untuk berinvestasi. Keuntungan yang tinggi, punya risiko yang tinggi. ^^
Source:
Comments
Post a Comment